Apabila ingin menghabiskan waktu liburan tanpa terganggu dering ponsel dan menikmati alam bahari, ada baiknya untuk jelajah bagian timur Indonesia, yaitu Halmahera Utara, di Maluku Utara.

Sebagai daerah otonom sejak tahun 2003, keberadaan Halmahera Utara, atau sering disingkat dengan Halut, memang masih belum terdengar gaungnya sebagai salah satu destinasi wisata bahari yang menjanjikan.
"Yang bisa digali di sini adalah kelautan. Pulaunya, pasirnya, terumbu karangnya, bisa snorkeling," jelas Hein Namotemo, Bupati Halmahera Utara, setengah berpromosi wilayahnya saat ditemui Berita Satu di sela-sela acara Kongres IV Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, pekan lalu.
Promosi Hein tidak sekadar bualan semata. Ada setidaknya delapan pulau kecil di kecamatan Tobelo yang menawarkan keindahan alam yang tidak kalah dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia.

Pulau Kumo, pulau yang terdekat dengan Tobelo, dikenal degan laut yang jernih untuk berperahu, selancar dan renang. Pantai dengan pasir putih juga bisa dinikmati di Pulau Rorangane, Pulau Luari, Pulau Tupu-Tupu dan Pulau Tagalaya yang masih memiliki biota hutan bakau yang alami.
Tidak hanya berpasir putih, pantai berpasir hitam bisa anda nikmati di Pantai Pitu. Bila anda berada di pantai tersebut, anda akan mendapatkan bonus panorama pegunungan sebagai latar belakang.
Apabila hanya ingin bersantai dan menikmati air yang tenang, anda bisa ke Pantai Kupa-Kupa yang berbentuk seperti teluk. Bagi yang ingin menikmati keindahan alam bawah laut, bisa menyusuri Pulau Kakara untuk diving. Sayangnya, untuk akomodasi, pemerintah setempat baru bisa menyediakan rumah penginapan sederhana di Pulau Kakara.

Hein, yang juga mantan kepala Dinas Kelautan dan Perikanan mengakui bahwa kurangnya transportasi masih membuat daerah tersebut jauh dari wisatawan asing dan domestik.
"Masih belum maju, sepi-sepi. Kenapa? Karena, memang masih kurang di infrastruktur, kemudahan jarak, konektivitas dengan paket yang lain. Harusnya ada paket misalnya di Manado bisa ke sini atau dari (Pulau) Morotai," lanjut Hein.
Memang tidak mudah untuk mencapai Tobelo, frekuensi pesawat yang mendarat di Bandara Kuabang Kao hanya beberapa kali seminggu, bila menempuh perjalanan darat dan laut bisa berkisar antara dua hingga empat jam.
Namun, tidaklah susah mencapai masing-masing pulau. Dengan menyewa ‘ketinting', sebutan warga lokal untuk perahu kayu dengan mesin tempel, seharga Rp5.000 dan jarak tempuh paling jauh 30 menit, para wisatawan bisa menikmati keindahan alam yang sesungguhnya.
Sumber : http://www.halmaherautara.com/artl/122/tobelo,-keindahan-wisata-bahari-yang-masih-terabaikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar